Seorang bapak tua yang penuh dengan uban pada jenggotnya bertanya pada seorang anak yang dilihatnya terengah-engah dalam langkahnya, seakan ia sedang dalam perjalanan yang tiada habisnya
“Kemana kau hendak pergi ?”
Seorang anak yang terengah-engah itu sadar bahwa ia sedang ditanya oleh bapak tua yang tidak renta. Ia lalu berhenti dari langkahnya dan berkata dengan nada separuh terbata
“Kemana saja asalkan aku sampai”
Bapak tua itu tak puas dengan jawabannya
“Kenapa kau hendak pergi ?”
Anak itu berkata setelah mengatur napasnya
“Karena aku harus sampai”
Bapak tua ternyata masih tak puas dengan jawabannya
“Kapan kau akan sampai ?”
Anak itu masih berdiri di tempatnya sambil menghitung waktu dengan jarinya dan berkata
“Kapan saja asalkan aku sampai”
Bapak tua bangkit dari kursinya lalu mendekati anak itu dan menepuk bahunya sambil berkata tanpa bertanya
“Kau boleh pergi sesukamu dan semaumu tapi jangan pernah berharap kau akan sampai”
Anak itu mengernyitkan dahinya dan menatap bapak tua lebar-lebar pertanda ia tidak setujunya lalu Ia berkata dengan nada tingginya
“Aku pasti sampai”
Bapak tua hanya tersenyum padanya tanpa menunnjukkan satu pun dari giginya
Anak itu terheran dalam bingungnya dan bertanya
“Kenapa kau tersenyum kepadaku sedang aku berkata kepadamu dengan nada tinggi ?”
Bapak tua masih tersenyum dan menjawab dengan santainya
“Nada tinggi hanya menunjukkan kerendahan-diri yang pasti”
Anak itu masih terbingung-bingung dan berkata, masih dengan nada tingginya
“Apa maksudmu ? aku tidak mengerti !”
Bapak tua menjawab, masih dengan santainya
“Tentu kau tidak akan mengerti karena kau belum sampai”
Anak itu langsung sigap menjwab tanpa ditanya
“Karena itu aku harus pergi”
Bapak tua bertanya lagi dengan pertanyaan yang sama
“kemana kau hendak pergi?”
Anak itu hampir saja melangkahkan kaki untuk pergi, namun terhenti lalu menjawab pertanyaan bapak tua dengan sedikit kesalnya
“aku sudah katakan, kemana saja asalkan aku sampai”
Bapak tua menlanjutkan pertanyaannya
“kenapa kau…”
Anak itu nampaknya sudah hapal dengan pertanyaannya
“bukannya sudah ku katakan, karena aku harus sampai”
Bapak tua hampir saja menlanjutkan pertanyaannya
“kap…”
Anak itu benar-benar sudah hapal dengan pertanyaannya
“aku sudah katakan, kapan saja asalkan aku sampai”
Bapak tua, oh bapak tua ternyata ia tidak bosan jua bertutur kata
“Kau boleh saja pergi sesukamu dan semaumu tapi ingat jangan pernah berharap kau akan sampai”
Anak itu pun tidak pernah mau mengalah jua
“iya aku akan pergi sesukaku dan semauku dan aku akan sampai, pasti”
Bapak tua yang tak renta itu tersenyum tipis dan menutup kata
“silahkan pergi dan semoga sampai”
Anak yang masih terkelsal itu sejenak melepas kepergian bapak tua dengan tatapan penuh tanya yang tak ingin ia ungkapkan dengan kata-kata, dalam hati yang sepi ia berkata
“bapak tua yang tak renta apa yang kau maksud, sungguh aku tak mengerti”
Bapak tua sudah pergi dalam bayangan anak yang bingung dengan pertanyaan-pertanyaan melangkahkan kaki pergi. Sampai pada rimba yang hitam tanpa cahaya tanpa suara, sepi dan sunyi, pandangannya jatuh pada kelopak mata dan ia pun berjalan dengan dengan kedua telapak tangannya, dan berputar-putar mencari jalan hingga ia tersungkur pada batu yang dirasakannya. Dalam baring dan lemahnya ia teringat akan pertanyaan-pertanyaan yang membingungkannya dan dalam sadar tak sadar ia mencari bapak tua yang tak renta dan memanggilnya dengan lirih dan suara yang rendah dan tak bernada.
“bapak tua… bapak tua… bapak tua… aku benar-benar tak sampai”
Anak itu mengajukan pertanyaan yang pernah ia simpan, kepada bapak tua yang ada dalam benaknya
“bapak kemana aku harus pergi?”
“bapak kemana aku harus pergi?”
“bapak kemana kau akan pergi?”
19/05/2017
RBB

Oleh. Ach. Fauzi Hikmah Wijaya