
“Yang dibutuhkan di luar sana bukan sekadar gelar, tetapi keterampilan. Dan jangan lupa, setiap di akhir sujud, bacalah doa Rabbighfirli waliwalidayya… agar urusan dimudahkan, rezeki dilancarkan, dan orang tua dimuliakan,” pesan Pimpinan dan Pengasuh Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan, Dr. KH. Ahmad Fauzi Tidjani, M.A., dalam nasehatnya pada acara wisuda Universitas Al-Amien Prenduan, Ahad (15/6).
Pesan tersebut disampaikan dalam Rapat Terbuka Senat Wisuda ke-28 Program Sarjana dan ke-2 Program Magister yang digelar di Gedung Serbaguna (Geserna) TMI Putri. Acara ini dihadiri oleh jajaran kyai, nyai, dosen, seluruh civitas akademika, wali mahasiswa, serta para wisudawan dan wisudawati dari berbagai wilayah di Indonesia.
Dalam pidatonya, Dr. Fauzi Tidjani menekankan pentingnya menjaga keberkahan ilmu dengan memperbanyak doa dan tawasul kepada orang tua, guru, dan para ulama. Ia juga mengingatkan para lulusan untuk tetap rendah hati di tengah capaian akademik yang diraih.
“Kalau disuruh mencangkul, tanggalkan gelar sarjanamu. Tapi kalau diminta mengajar, kenakan dasi dan seragammu,” ujarnya disambut tepuk tangan hadirin.
Menurutnya, era digital membawa tantangan besar bagi generasi muda, terutama dalam menjaga akhlak di tengah derasnya arus teknologi. Ia mengingatkan bahwa di tengah kompleksitas zaman, sikap bijak dan tanggung jawab menjadi sangat penting.
“Kalau tidak bisa ngasih solusi, jangan bikin masalah,” pesannya lagi.
Lebih lanjut, ia mendorong para alumni untuk tidak melupakan nilai-nilai pesantren dalam kehidupan mereka ke depan. “Jangan jadi santri yang hilang. Jadilah cerdas hati dan pikiran. Jangan tinggalkan tahajud dan dhuha,” tegasnya.\
Sementara itu, Prof. Akh. Muzzaki, Grad. Dip. SEA, M.Ag., M.Phil., Ph.D., yang turut hadir sebagai tamu kehormatan, mengapresiasi lingkungan akademik pesantren yang menurutnya memberikan keunggulan lebih bagi para sarjana.
“Sarjana bisa lahir dari kampus mana saja. Tapi kuliah di bawah naungan pesantren itu luar biasa,” ujarnya. Ia menambahkan, “Kader mundzirul qaum adalah penjaga akhlak dan moral, sekaligus pemersatu di tengah perbedaan,” tandasnya, menutup orasi ilmiahnya.
Wisuda tahun ini juga mengapresiasi sejumlah lulusan berprestasi yang menjadi kebanggaan kampus. Nuti Nawaty Nur, lulusan Program Studi Pendidikan Bahasa Arab (PBA) asal Kalimantan Selatan, dikenal aktif dalam kegiatan akademik dan organisasi dengan beragam prestasi di tingkat nasional dan Asean. Bahrul Jadid, dari Program Studi Filsafat dan Dakwah Ushuluddin (FDU) asal Bondowoso, mencatatkan prestasi hingga tingkat internasional.
Dari Program Studi Ilmu al-Qur’an dan Tafsir (IQT), Zafwan asal Sumenep menunjukkan keunggulan dalam hafalan Al-Qur’an dan keterampilan tafsir. Di tingkat magister, Nur Lathifah Aini, M.Pd. asal Aceh diapresiasi atas karya ilmiah dalam pengembangan literasi pendidikan Islam.
Acara berlangsung dengan penuh semangat dan haru. Ratusan lulusan tampak antusias dan siap menapaki babak baru dalam kehidupan mereka. Banyak di antara mereka yang bertekad untuk tetap menjadi santri sejati, meskipun kini telah menyandang gelar akademik.
Universitas Al-Amien Prenduan kembali menegaskan visinya dalam mencetak lulusan yang tidak hanya unggul dalam keilmuan, tetapi juga berjiwa mundzirul qaum, pemimpin umat yang membawa cahaya ilmu, moralitas, dan persatuan dalam masyarakat. (AJMI)