Rapat Kerja Forum Prodi PBA (FPS KOP IV) 2025 Teguhkan Kolaborasi dan Penguatan Mutu Perguruan Tinggi Islam
Rapat Kerja Forum Prodi PBA (FPS KOP IV) 2025 Teguhkan Kolaborasi dan Penguatan Mutu Perguruan Tinggi Islam
Rab, 5 November 2025 1:31
WhatsApp Image 2025-11-05 at 05.44.11_359abe0b

Banyuwangi– 04 November 2025, Rapat Kerja Forum Program Studi Pendidikan Bahasa Arab (FPS KOP IV) Tahun 2025 berlangsung penuh semangat kolaboratif dan bernuansa akademik di Universitas Islam Darussalam (UIMSA) Blokagung, Banyuwangi. Kegiatan ini resmi dibuka oleh Ketua FPS, Dr. Muallim Wijaya, M.Pd.I, yang menegaskan pentingnya kesadaran berorganisasi sebagai kunci penguatan kelembagaan perguruan tinggi swasta berbasis pesantren.

Dalam sambutannya, Dr. Muallim menekankan bahwa forum ini bukan sekadar ajang pertemuan rutin, melainkan wadah strategis untuk pengembangan kurikulum, peningkatan akreditasi, dan pertukaran gagasan antarprodi sejenis. Ia juga memberikan apresiasi kepada sejumlah Prodi PBA yang berhasil meraih akreditasi “Unggul”, serta mendorong prodi lainnya untuk memperkuat solidaritas dan berbagi strategi dalam menghadapi tantangan birokrasi pendidikan nasional.

Rektor UIMSA Blokagung, Dr. KH. Munif Syafaat, Lc., M.E.I., selaku tuan rumah, turut memberikan sambutan yang menegaskan jati diri UIMSA sebagai universitas berbasis pesantren dengan komitmen melahirkan generasi berilmu dan berakhlak. Saat ini, UIMSA menaungi sekitar 1.800 mahasiswa, mayoritas merupakan santri mukim dari berbagai daerah di luar Jawa. Selain fokus pada kegiatan akademik, UIMSA juga aktif dalam program pengabdian internasional melalui pelaksanaan KKN di Malaysia, Thailand, dan Singapura.

“Melalui forum ini, mari kita perkuat silaturahim akademik dan memperluas jejaring kerja sama antarperguruan tinggi Islam, agar lahir rekomendasi yang bermanfaat bagi peningkatan mutu pendidikan Islam di Indonesia,” ujar Rektor Munif dalam penutup sambutannya.

Sesi pertama Raker diisi dengan materi teknis mengenai penulisan artikel ilmiah bereputasi internasional. Pemateri memberikan pembekalan komprehensif mengenai struktur dan gaya penulisan artikel, mulai dari judul, abstrak, hingga pendahuluan. Ditekankan bahwa judul ideal sebaiknya tidak lebih dari 15 kata dan bersifat universal agar mudah diindeks oleh basis data akademik.

Peserta juga diajak memahami pentingnya Systematic Literature Review (SLR) sebagai fondasi riset yang kuat. Diskusi semakin menarik ketika dibahas tantangan publikasi jurnal berbahasa Arab, termasuk kebijakan embargo Scopus terhadap Jurnal Istihar hingga tahun 2026, yang mendorong peningkatan standar etika publikasi dan mutu metodologi penelitian di lingkungan jurnal Islam Nusantara.

Agenda kedua berfokus pada pembahasan Akreditasi Lamdik versi 2.0, yang menekankan penyederhanaan indikator dari 85 menjadi 65 poin. Fokus penilaian kini diarahkan pada kinerja dan mutu tiap program studi, bukan lagi pada level institusi. Bobot penilaian terdiri dari 16 poin input, 22 poin proses, dan 27 poin output sebagai penentu utama nilai akreditasi.

Dalam sesi diskusi, narasumber menegaskan bahwa seluruh data dan narasi dalam borang akreditasi harus valid dan terdokumentasi dengan baik, karena asesor menilai berdasarkan Asesmen Kecukupan (AK). Dokumen pendukung sebaiknya dapat diakses publik tanpa sistem login, seperti melalui tautan Google Drive, agar proses asesmen berjalan transparan dan efisien.

Beberapa aspek penting turut dibahas, antara lain visi keilmuan yang khas, bukti kerja sama dari MoU hingga laporan kegiatan, serta kewajiban kampus menyediakan unit layanan mahasiswa untuk perlindungan dari perundungan dan kekerasan seksual. Penilaian terhadap dosen kini lebih menekankan pada kualifikasi akademik, produktivitas ilmiah, dan rekognisi kepakaran.

Secara keseluruhan, akreditasi 2.0 digambarkan sebagai proses yang menuntut integrasi antara perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, dan tindak lanjut mutu. “Borang akreditasi ibarat surat lamaran, sedangkan asesmen lapangan adalah wawancara yang mengonfirmasi kebenaran data,” demikian analogi yang disampaikan narasumber.

Rapat kerja FPS KOP IV 2025 ini menjadi momentum penting bagi penguatan kapasitas kelembagaan dan peningkatan kesadaran mutu di lingkungan pendidikan tinggi Islam berbasis pesantren. Forum ini tidak hanya mempertegas semangat kolaborasi dan sinergi antarprodi PBA, tetapi juga memperluas jejaring akademik serta melahirkan rekomendasi strategis bagi pengembangan pendidikan Bahasa Arab dan riset Islam Nusantara yang adaptif terhadap tantangan global.

Warta IDIA

Komentar

Tidak ada komentar

Tulis Komentar

Artikel Lainnya

WhatsApp Image 2025-10-30 at 04.53.50_c2bf8fce
Terbaru
Kontribusi Keilmuan Dosen Univer...
Empat dosen Universitas Al-Amien Prenduan (UNIA) berpartisipasi aktif dalam International Confere...
30 Oktober 2025
6 hari
WhatsApp Image 2025-10-23 at 17.34.11_0b9d0cd4
Terbaru
KSR PMI Unit UNIA Prenduan Gelar...
Prenduan, 22–23 Oktober 2025 – Dalam rangka memperingati dan menguatkan literasi kebencanaan di k...
24 Oktober 2025
2 minggu
WhatsApp Image 2025-10-23 at 04.55.51_38391a15
Terbaru
Mahasantri UNIA Raih Prestasi di...
Semarang, 22 Oktober 2025 — Dua mahasantri Universitas Al-Amien Prenduan kembali menorehkan prest...
22 Oktober 2025
2 minggu