Moh. Yunus

(Mahasiswa Semester VI Prodi KPI, Fakultas Dakwah, asal Masalembu, Sumenep)

“Dan berikanlah kepada keluarga dan dekatkan haknya dan kepada orang-orang miskin dan orang yang dalam perjalanan. Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan hartamu secara berlebihan (boros)” (QS. Al-Isra’; 26)

Setelah kita telaah ayat di atas, dapat kita pahami bahwa Allah SWT menganjurkan kita agar kita agar hidup sederhana. Walaupun tak dapat kita pungkiri, di zaman modern ini kesederhanaan merupakan hal yang langka. Hal itu karena adanya anggapan bahwa kesederhanaan sangat identik dengan hidup susah, menderita, bodoh dan miskin. Padahal anggapan atau pandangan tersebut sangat bertolak belakang dengan hidup sederhana ala Rasulullah.

 

Realita Kesederhanaan Rasulullah SAW

Rasulullah Saw merupakan pribadi mulia yang telah membuktikan bahwa Islam yang ia bawa adalah rahmat bagi semesta alam. Semua itu, tergambar perfect dalam kesempurnaan dan keindahan akhlak, ketangguhan dan kehebatannya dalam sejarah dunia. Hal itu juga yang menjadi inspirasi bagi setiap individu dunia untuk mengagumi, menjadikan panutan dan idola dalam hidupnya.

Salah satu akhlak Rasulullah yang sangat menonjol adalah hidup sederhana. Beliau sangat menjaga dirinya dari hidup yang bermewah-mewahan dan berlebih-lebihan. Salah satu contoh dalam cerita yang dituturkan oleh salah satu sahabat dekat beliau, Zaid bin Tsabit, bahwasanya Rasulullah memiliki tempat minum yang sangat keras dan dipatri dengan besi. Tempat tinggal beliau juga merupakan rumah yang sangat kecil dengan hamparan tikar dan nyaris tanpa prabot di dalamnya.

Kesederhanaan Rasulullah juga tergambar, manakala pada saat itu, salah satu sahabat Rasulullah, Umar bin Khatthab – sahabat yang terkenal akan ketanggahun dan keteguhan hatinya – dibuat menangis ketika ia mengetahui bahwasanya Rasululah tidur dengan beralaskan tikar yang menimbulkan bekas pada tubuh beliau dan hanya berbantalkan pelepah kurma. Sebagaimana juga disampaikan oleh satu putrinya, Aisyah r.a. bahwasanya Rasulullah hanya memiliki dua pakaian, perutnya selalu dalam keadaan lapar, bahkan diganjal dengan batu.

 

Budaya Hedonisme Masa Kini

Sebagaimana kita ketahui, dewasa ini manusia sangat antusias dengan hal-hal yang baru. Hal itu disebabkan oleh daya pikatnya yang luar biasa, sehingga ada kecenderungan untuk memilih kehidupan yang enak, mewah dan serba berkecukupan tanpa bekerja keras. Seolah ‘pola hidup gaul, hits dan kekinian’ merupakan predikat yang harus diraih dan baru akan melekat bila ia mampu memenuhi predikat tsersebut. Sikap dan sifat inilah yang dikenal dengan istilah budaya hedonisme. Faktor hidup hedonisme ini dipengaruhi oleh beberapa hal misalnya pengaruh kerabat atau teman, faktor bacaan, tontonan dan lain sebagainya.

Walaupun tak selamanya hedonisme bermakna negatif, akan tetapi karena pemahamannya yang lebih berorientasi mengedepankan kebahagiaan dan mengutamakan kesenangan sementara semata, maka hal tersebut menyebabkan adanya hal negatif belaka. Contohnya, untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, mahasiswi lebih memilih ‘melacurkan diri’ nya untuk memenuhi kebutuhan dan memperoleh kenikmatan duniawinya saja. Atau seorang lebih menghamburkan uangnya untuk memperoleh kesenangan sesaat, seseorang membeli baju tidak berlandaskan kebutuhan dan fungsinya, akan tetapi untuk kesenangannya saja.

Gaya hidup sepeti itu dapat mengakibatkan seseorang mencintai dirinya terlalu berlebihan, sehingga ia akan hidup individual dan tidak perduli sekelilingnya (egoisme) dan menimbulakn sikap materialis, ia beranggapan bahwa harta benda merupakan tujuan hidup serta dapat menjurus kepada seks bebas.

Sejatinya, paham hedonisme sangat bertolak belang dengan akhlak yang diajarkan Rasulullah kepada kita, yaitu gaya hidup sederhana dan zuhud. Hal itu diperparah oleh fakta bahwa sebagian muslim sendirilah pelakunya. Muslim sendiri yang mengaku anti ‘westernisme’ malah tanpa sengaja maupun tidak sengaja telah mengikuti dan memuja hedonisme yang merupakan ‘produk’ globalisasi westernisme.

Maka tak heran di negara Indonesia yang mayoritas Islam sangat banyak menerapkan paham hedonisme dalam hidup mereka. Mereka berkedok bahwa hedonisme merupakan hal yang harus dilakukan karena tuntutan dan perubahan zaman. Pencurian, penipuan, pergaulan bebas (free sex), korupsi, kolusi, nepotisme, anarkisme, individualisme, materialisme merupakan bagian kecil dari gaya hidup hedonis.

Nah, agar terhindar dari gaya hidup hedonis, maka perlulah mengantisipasinya dengan cara meneladani dan mengaplikasikan akhlak Rasulullah yang sederhana dan zuhud, memilih barang sesuai kebutuhan agar tidak terjebak dalam konsumerisme, dan adanya kedewasaan berpikir untuk membentengi diri dari pola hidup hedonisme, serta sadar akan dampak buruk yang timbulkan dari hedonisme.

Berdasar kehidupan Rasulullah yang diselimuti oleh kesederhanaan hidup, maka sudah seharusnya menjadi bahan refleksi agar kita bisa meneladani salah satu sifat mulianya itu. Hal itu sangat penting kita jadikan teladan dan kita tanamkan dalam hati agar tidak terjebak dalam pola hidup hedonis yang menganggap bahwa kesenangan dunia merupakan akhir dari tujuan hidup, dan agar kita tak merendahkan harkat dan martabat Islam dan muslim yang mulia, baik disisi Allah mapun dalam opini publik luas.

Semoga kita selalu diberikan kesadaran untuk merefleksikan, mengaplikasikan dan merektualisasikan satu dari sekian banyak akhlak rasulullah yang mulia yaitu Sifat sederhana. Dengan berlandas sederhana tanpa adanya rasa takut miskin, lapar maupun karena mengikuti tuntutan zaman yang bukan merupakan tujuan dari hidup.